Black Coffee

Ketika 2 minggu lalu aku collapsed alias drop se-drop dropnya baik fisik maupun batin. Ternyata masalah lama muncul kembali, infeksi pencernaan. Namun ceritanya ga berakhir sampai disitu. Ditemukanlah bahwa aku, laktosa intolerant. Dalam artian lain, kagak bisa dan kagak boleh dulu minum susu ataupun mengkonsumsi turunan-turunannya.

Damn.

Jadi selama ini masalah gue tuh susu ya, anjir. Gue sih kagak sering minum susu, cuman apapun yg gue konsumsi pasti mostly ada susunya. Contohnya: Kopi Susu dan kopi susu selalu jadi minuman untuk ngeboosting kerja. Perasaan terpenjara ini kembali lagi setelah beberapa tahun lalu dilarang makan cokelat karena ternyata penyakit sinusku sensitif dengan zat-zat yg ada di cokelat. Mulai detik itu, aku say bye bye dengan cokelat till now. My life is...

Menerima memang tidak pernah menjadi hal mudah
Namun tidak ada opsi lain selain menerima dan moving on. 

Namun kebutuhan akan kaffein adalah hal wajib. Penting banget untuk ngeboost. Sebenernya kemarin kopi juga sempet ga dibolehin, namun akhirnya dibuat menjadi lebih ke himbauan agar bijak-bijak minum kopinya. Alhasil, aku harus belajar untuk ga minum kopi susu lagi. Aku belajar minum Black Coffee.

Ketika ada orang meminum beer atau black coffee, i always wondering, kok bisa ya minum-minuman pait. Even minum alkohol pun aku prefer yg ada flavor dibandingkan just a regular beer. Saat ini setiap aku membutuhkan kafein atau mengunjungi cafe, aku harus cobain deh tuh black coffee di tempat2 tersebut. Mencoba black cofee dari berbagai tempat seperti kayak mau diberi kejutan ultah, you will never know what you will get. Ga akan sesuai ekspetasi. Dari yg pait banget sampe sepet juga ada, ga peduli cafenya bagus atau engga.  Lalu teringat sama film "Filosofi Kopi" dan kutipan-kutipan penulisnya.



Jujur banget lidah masih belum terbiasa banget minum kopi hitam murni gini. Namun i'll try to enjoy it. Sekali lagi, menerima bukanlah proses mudah. Apalagi menerima hal yang pahit. Di hidup, kita lebih mudah menikmati hal enak dibandingkan hal yg pahit. Hal pahit melemahkan jiwa dan raga, namun lucunya memberikan banyak kesan dan pelajaran yang tidak terlupakan. Membuat kita menjadi semakin bijak, karena sudah mengalami, sudah mencicipi mana yang terbaik. Selama prosesnya, menerima harus didasari dengan perasaan "ihklas" ihklas bahwa rasa kopinya bakalan gaenak, atau emang udah pahit seperti yg kita tau bahwa kopi memang beneran pahit. Mau kita ubah2 kayak apa yah emang dia akan selalu punya kepahitan. Itu jati dirinya. Sama kayak hidup. Untuk bisa menerima harus ihklas, harus ihklas bahwa untuk selamanya kita akan punya perasaan dan pengalamaan akan kepahitan itu. Akan kita bawa kemana-mana. Akan kita ingat-ingat. Namun dengan menerima kepahitan, kita jadi bisa melihat kehidupan. 

Baru-baru ini aku menyelesaikan baca buku suciku yakni Alkitab di bagian Pengkhotbah. Setelah berkali-kali bolak balik baca Akitab, terkadang aku akuin bacanya cuman aku scan aja jadinya banyak yg aku atau kadang aku skip secara pengertian atau pemahaman. Sampai belakangan ini, entah kenapa tertarik baca Pengkhotbah. Buat yg gatau dan ga familiar, di Alkitab terbagi banyak kitab-kitab, salah satunya Pengkhotbah. Pengkhotbah ditulis oleh Raja Salomo ketika mendekati akhir hidupnya. Nah isi dari kitab Pengkhotbah ini memang agak sedikit beda dari kitab2 lain, karena entah kenapa kalau baca isi Pengkhotbah ini semacem kayak lagi ngopi sambil ngobrol sama kakek2 veteran perang. Isinya kebanyakan kayak nasehat2 yang lebih concern bahwa hidup tuh memang menyedihkan, but don't ever take life for granted.



"Crying is better than laughing. It blotches the face but it scours the heart." (Ecclesiastes 7:3 MSG)

"You learn more at a funeral than at a feast— After all, that’s where we’ll end up. We might discover something from it." (Ecclesiastes 7:2 MSG)

"All this I observed as I tried my best to understand all that’s going on in this world. As long as men and women have the power to hurt each other, this is the way it is." (Ecclesiastes 8:9 MSG)


"On a good day, enjoy yourself; On a bad day, examine your conscience. God arranges for both kinds of days So that we won’t take anything for granted." (Ecclesiastes 7:14 MSG)



Yah contohnya seperti yg diliat di atas dan masih banyak lagi. Silahkan kalau mau baca sendiri.
But dalam pengertiannya, memang sudah written bahwa memang hidup kita akan banyak hal yg pahit dan menyedihkan, tapi itu tidak mengakhiri hidup kita, itu membuat kita lebih menjadi bijak dan menikmati hidup secara benar. Mengetahui bahwa kita dapat kehilangan, mengetahui bahwa kita mempunyai kekurangan, mengetahui bahwa semua orang butuh pengertian, membuat hidup kita menjadi lebih worth to live karena tau tidak akan ada yang abadi di bawah kolong langit ini. Memang sepertinya, bagian kita adalah melakukan apa yang kita mengerti. Bagian yang kita tidak mengerti itu jadi urusan Tuhan aja. Because we are changing every day, so basically, in time...we will get another understanding that can lead to the answer dengan apa yg kita hadapi kini. 

But once again, menerima tidak akan pernah bisa jadi hal yang mudah. 
Also moving on is always a hard process.

Dan sekarang ini, aku membuat tulisan ini disebuah cafe sembari meneguk kopi hitam. 
Jujur ga enak, namun harus terbiasa.... dan akan terbiasa :)


Apa yang kamu harus belajar untuk terima hari-hari ini?






Love,
R B K  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Video day's :D

- JC CUP 2011 - Slide Show!

Proud to be Indonesian?